Dari Kairo hingga Mindanao: FTIK Gelar Seminar Internasional Sesi 1 dengan Lima Pembicara dari Empat Negara
Media Center FTIK - Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) UIN Kiai Haji Achmad Siddiq (KHAS) Jember berhasil menyelenggarakan sebuah forum akademik global melalui kegiatan International Seminar – Session 1. Acara ini berlangsung secara daring penuh (Live Zoom Meeting) pada Senin, 17 November 2025, mulai pukul 07.00 hingga 12.00 WIB.
Seminar ini mengusung tema luas dan penting: “A Multidisciplinary Dialogue on Education, Science, Justice, Gender, Anthropology and Human Development” (Dialog Multidisiplin tentang Pendidikan, Sains, Keadilan, Gender, Antropologi, dan Pembangunan Manusia).
Menghadirkan Empat Negara dalam Satu Forum
Sesi pertama seminar ini menarik perhatian berkat keberagaman latar belakang para pembicara yang berasal dari lima negara berbeda, menciptakan dialog lintas budaya dan disiplin ilmu yang kaya. Sesi ini dimoderatori oleh Evi Resti Dianita, M.Pd.I.
Para pembicara yang hadir antara lain:
| Narasumber | Institusi | Negara | Fokus Disiplin |
| Macmod Salik Datugan | Datugan University of Southern Mindanao | Filipina | Pendidikan/Sains/Antropologi |
| Asst. Prof. Dr. Chumphon Angkananon | Maejo University | Thailand | Pendidikan/Teknologi Pendidikan |
| Syeikh Taha Ramadan Zaghloul | Al Azhar University Cairo | Mesir | Studi Islam |
| Dr. Ifit Novita Sari, S.Sos., M.Pd. | Universitas Islam Malang | Indonesia | Pendidikan/Gender |
| Musyarofah, M.Pd. | UIN Walisongo Semarang | Indonesia | Pendidikan IPS |
Mendiskusikan Isu Krusial Lintas Ilmu
Keragaman latar belakang pembicara memastikan pembahasan yang menyeluruh. Isu-isu yang dibahas meliputi tantangan terbaru dalam ilmu pendidikan pasca-pandemi, relevansi sains dalam konteks pembangunan manusia, isu-isu sensitif seputar keadilan gender di berbagai wilayah, hingga perspektif antropologi terhadap perkembangan masyarakat.
Syeikh Taha Ramadan dari Al-Azhar menyoroti terkait konsep gender dalam Islam dan korelasinya dengan isu-isu gender dalam konteks hari ini. Sementara itu, pembicara dari Filipina, Macmod Salik Datugan, memberikan refleksi tentang Identitas, Pendidikan, dan Keadilan Sosial berdasarkan pengalaman Moro di Filipina, terutama selama masa-masa sulit seperti Hukum Darurat Militer dan kenangan menyakitkan tentang Pembantaian Manila. Mr. Salik pun mengakhiri pemaparannya dengan pesan yang mendalam:
"Education is not a chain—it is a key. The higher you learn, the wider the world you can open".
Pada kesempatan yang sama, Asst. Prof. Dr. Chumphon Angkananon berbicara tentang reformasi pendidikan Thailand melalui Teknologi dan Bahasa (khususnya Inggris dan Mandarin) sebagai pelajaran bagi Indonesia Emas 2045. Beliau menyoroti strategi nasional seperti Thailand 4.0 dan investasi besar di EdTech dan tenaga kerja digital. Kemudian Musyarofah, M.Pd. memberikan penutup dengan menunjukkan bagaimana Socio-Scientific Issues (SSI) dapat dimanfaatkan dalam Pendidikan untuk secara aktif mempromosikan Keadilan dan Kesetaraan.
Acara berlangsung interaktif, di mana para peserta yang merupakan dosen, mahasiswa, dan akademisi dari berbagai perguruan tinggi mendapatkan kesempatan berharga untuk berdiskusi langsung dengan para pakar internasional. Keberhasilan sesi pertama ini menegaskan komitmen FTIK UIN KHAS Jember dalam memfasilitasi pertukaran ide dan pengembangan riset berskala global.
Evi R. Dianita/A. Barocky Zaimina




