NGOPI FTIK UIN KHAS Jember di Situbondo: Bahas Etika Digital dan Moderasi Beragama di Era Artificial Intelligence
Media Center FTIK - Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) UIN KHAS Jember menggelar kegiatan bertajuk Ngopi (Ngobrol Pendidikan Islam): Peran PTKIN dalam Menanamkan Etika Digital dan Moderasi Beragama di Era Artificial Intelligence pada Sabtu pagi di Ball Room Hotel Pantai Utama Raya Situbondo. Kegiatan yang berlangsung sejak pukul 08.00 hingga 11.00 WIB ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, di antaranya Dr. H. Abdul Mu‘is, S.Ag., M.Si., selaku Dekan FTIK UIN KHAS Jember, Mohammad Faris, M.Pd.I., Kepala Seksi Pendidikan Madrasah (PENMA) Kementerian Agama Kabupaten Situbondo, serta dua narasumber utama yakni Ina Ammaniah, anggota DPR RI Komisi VIII, dan Syaiful Bahri, S.Ag., praktisi sekaligus aktivis sosial serta pengamat politik Kabupaten Situbondo. Selain itu, acara ini juga diikuti oleh sekitar 200 peserta yang terdiri atas dosen, mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi Islam negeri dan swasta, serta perwakilan organisasi kemahasiswaan seperti BEM, HMI, PMII, GMNI, dan beberapa organisasi mahasiswa lainnya.
Acara dibuka dengan pembacaan surah Al-Fatihah dan dipandu oleh Evi Resti Dianita, M.Pd.I., selaku MC dan moderator. Dalam sambutan pembukanya, Dr. H. Abdul Mu‘is menegaskan bahwa perguruan tinggi memiliki peran sentral sebagai laboratorium intelektual yang tidak hanya mencetak mahasiswa cerdas secara akademik, tetapi juga berkarakter dan bermoral. Menurutnya, di era digital saat ini, perguruan tinggi dihadapkan pada tantangan besar untuk memastikan proses pendidikan tetap sejalan dengan nilai-nilai keislaman di tengah derasnya arus transformasi teknologi. “Digitalisasi bukanlah sesuatu yang harus ditakuti atau dihindari, melainkan fenomena besar yang membawa percepatan pembangunan di berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Oleh karena itu, perguruan tinggi harus melek digital agar mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan mampu beradaptasi secara positif dan menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak dalam setiap penerapannya,” ungkapnya. Beliau juga menambahkan bahwa tantangan digitalisasi di kampus tidak hanya pada aspek teknologi pembelajaran, tetapi juga pada pembentukan karakter mahasiswa yang kini lebih banyak berinteraksi di ruang digital. “Mahasiswa masa kini memiliki karakteristik unik—kritis, adaptif, namun juga rentan terhadap arus informasi yang tidak terbatas. Maka, penting bagi kita untuk membekali mereka dengan etika digital dan moderasi beragama agar tetap seimbang antara kecerdasan intelektual dan moral,” imbuhnya.
Sambutan berikutnya disampaikan oleh Mohammad Faris, M.Pd.I., mewakili Kementerian Agama Kabupaten Situbondo yang sekaligus membuka acara secara resmi. Dalam sambutannya, ia menyoroti pentingnya peran PTKIN dalam menghadapi problematika mahasiswa di era digital, mulai dari penyalahgunaan media sosial hingga ancaman disinformasi yang dapat mengikis nilai moderasi beragama. Ia menyebutkan bahwa Kementerian Agama terus berupaya mendorong sinergi dengan perguruan tinggi keagamaan Islam untuk memperkuat literasi digital dan memperluas pemahaman tentang moderasi beragama di kalangan mahasiswa. “Kita tidak bisa memisahkan antara kecanggihan teknologi dan nilai keagamaan. Justru, keduanya harus berjalan beriringan agar generasi muda tidak kehilangan arah moral di tengah derasnya arus digital,” ujarnya. Ia juga berharap kegiatan seperti ini menjadi wadah bagi mahasiswa untuk belajar memahami digitalisasi secara bijak serta menjadi pionir perubahan positif di masyarakat.
Memasuki sesi seminar, moderator memberikan kesempatan pertama kepada Ina Ammaniah, anggota DPR RI Komisi VIII, untuk memaparkan materi berjudul “Peran PTKIN dalam Menanamkan Etika Digital dan Moderasi Beragama di Era Artificial Intelligence.” Dalam pemaparannya, Ina menekankan bahwa keberadaan PTKIN sangat strategis dalam menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas teknologi, tetapi juga memiliki kesadaran moral dan religius yang kuat. “Kemajuan kecerdasan buatan harus diimbangi dengan penguatan nilai-nilai kemanusiaan dan keislaman. PTKIN memiliki posisi penting dalam menjaga keseimbangan ini melalui integrasi kurikulum, penguatan karakter, dan kebijakan pendidikan yang adaptif,” jelasnya. Ia juga menegaskan bahwa Komisi VIII DPR RI akan terus mendukung dan memberikan apresiasi terhadap upaya PTKIN melalui dukungan kebijakan serta sinergi dengan Kementerian Agama untuk memperkuat kapasitas kelembagaan di era digital. Menurutnya, era kecerdasan buatan menuntut perguruan tinggi untuk tidak hanya menghasilkan tenaga ahli, tetapi juga insan akademis yang beretika dan mampu menjaga nilai-nilai moderasi beragama dalam konteks global.
Sementara itu, pemateri kedua, Syaiful Bahri, S.Ag., memaparkan perspektif sosial dan politik terkait etika digital dan moderasi beragama. Ia menilai bahwa dunia digital telah menjadi ruang baru yang sarat dengan dinamika sosial dan ideologis yang kompleks. “Ruang digital bukan hanya tempat berbagi informasi, tetapi juga arena pertarungan ide dan nilai. Mahasiswa harus memiliki kesadaran kritis dan literasi digital yang kuat agar tidak mudah terjebak dalam arus polarisasi dan ujaran kebencian,” ujarnya. Ia menekankan pentingnya pendidikan karakter dan pembinaan mental mahasiswa untuk menumbuhkan sikap moderat, toleran, dan bertanggung jawab dalam menggunakan teknologi. Menurutnya, etika digital harus menjadi bagian dari budaya akademik agar generasi muda dapat berkontribusi secara konstruktif di era kecerdasan buatan.
Kegiatan kemudian diakhiri dengan sesi tanya jawab yang berlangsung interaktif. Para peserta antusias memberikan pandangan dan pertanyaan seputar peran PTKIN dalam menghadapi tantangan digitalisasi. Acara ditutup dengan pembacaan doa serta sesi foto bersama seluruh narasumber, panitia, dan peserta. Melalui kegiatan ini, FTIK UIN KHAS Jember menegaskan komitmennya untuk terus menjadi pelopor dalam mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dengan kemajuan teknologi. Harapannya, mahasiswa tidak hanya unggul dalam penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki kepribadian yang berakhlak, moderat, dan siap menghadapi tantangan zaman di era kecerdasan buatan.
Penulis: A. Barocky Zaimina
Editor: Evi R. Dianita




