homescontents bahçelievler escort escort alanya sefaköy escort fatih escort bahçelievler escort
homescontents
sakarya escort akyazı escort arifiye escort erenler escort eve gelen escort ferizli escort geyve escort hendek escort otele gelen escort sapanca escort söğütlü escort taraklı escort
sakarya escort akyazı escort arifiye escort erenler escort eve gelen escort ferizli escort geyve escort hendek escort karapürçek escort karasu escort kaynarca escort kocaali escort otele gelen escort pamukova escort sapanca escort söğütlü escort taraklı escort
Sakarya escort Sakarya escort Sakarya escort Sakarya escort Sakarya escort Sakarya escort Sapanca escort Sapanca escort Sapanca escort Sapanca escort Karasu escort
ftik@uinkhas.ac.id (0331) 487550

NGOPI Sesi 14 di Situbondo: FTIK UIN KHAS Jember, DPR RI, dan Kemenag Bersinergi Perkuat Literasi Digital PTKIN

Home >Berita >NGOPI Sesi 14 di Situbondo: FTIK UIN KHAS Jember, DPR RI, dan Kemenag Bersinergi Perkuat Literasi Digital PTKIN
Diposting : Selasa, 28 Oct 2025, 15:54:03 | Dilihat : 117 kali
NGOPI Sesi 14 di Situbondo: FTIK UIN KHAS Jember, DPR RI, dan Kemenag Bersinergi Perkuat Literasi Digital PTKIN


Media Center FTIK - Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) menggelar kegiatan Ngopi (Ngobrol Inspiratif) dengan tema “Peran PTKIN dalam Menanamkan Etika Digital dan Moderasi Beragama di Era Artificial Intelligence” pada Senin, 27 Oktober 2025, bertempat di Hotel Utama Raya Situbondo. Kegiatan yang berlangsung sejak pukul 08.00 hingga 12.00 WIB ini merupakan bentuk kemitraan kolaboratif antara Komisi VIII DPR RI, Kementerian Agama Republik Indonesia, dan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), dalam rangka memperkuat literasi digital, etika bermedia, serta penguatan moderasi beragama di era kecerdasan buatan. Acara ini dihadiri oleh sivitas akademika, mahasiswa, serta berbagai pemangku kepentingan yang peduli terhadap pengembangan pendidikan Islam di tengah transformasi digital.

Acara diawali dengan sambutan sekaligus pembukaan resmi oleh Dr. H. Abdul Mu’is, S.Ag., M.Si Dekan FTIK UIN KHAS Jember, yang menegaskan bahwa era globalisasi dewasa ini merupakan masa penuh tantangan sekaligus peluang akibat derasnya perkembangan teknologi. Menurut beliau, perguruan tinggi memiliki peran strategis sebagai laboratorium pembentukan karakter, moral, dan intelektual mahasiswa. Transformasi digital menuntut kemampuan integratif antara ilmu pengetahuan dan teknologi yang seyogianya menjadi sarana pembentukan akhlak, bukan sekadar alat pemenuhan tugas akademik. “Mahasiswa sebagai agen transformasi harus mampu memfilter pemanfaatan kecerdasan buatan (AI). Penggunaan AI hendaknya diarahkan untuk memperkaya pengetahuan dan memperkuat nilai-nilai keislaman, bukan sekadar mempermudah tugas kuliah,” ujarnya. Beliau juga menambahkan bahwa mahasiswa perlu menjadikan AI sebagai sarana kontra opini terhadap isu-isu radikalisme dan penyebaran konten negatif di media sosial, sehingga teknologi ini menjadi instrumen dakwah dan pengembangan keilmuan yang berakhlak.

Materi pertama disampaikan oleh Ina Ammania, anggota Komisi VIII DPR RI, yang memaparkan perspektif kebijakan tentang digitalisasi di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI). Dalam paparannya, ia menjelaskan bahwa digitalisasi tidak hanya dimaknai sebagai proses adopsi teknologi, tetapi juga sebagai transformasi budaya akademik, tata kelola pendidikan, dan cara berpikir sivitas akademika. Tantangan utama yang dihadapi perguruan tinggi di era digital, menurutnya, meliputi peningkatan infrastruktur yang inklusif, penguatan literasi digital, serta pengembangan etika dalam penggunaan teknologi. “Digitalisasi harus berlandaskan nilai moral dan spiritual. Komisi VIII DPR RI berkomitmen mendorong percepatan digitalisasi PTKIN melalui kebijakan yang memperkuat kurikulum digital, peningkatan kompetensi dosen, dan kerja sama riset berbasis AI,” ungkap Ina. Ia juga menekankan pentingnya sinergi antara DPR RI, Kementerian Agama, dan lembaga pendidikan Islam agar digitalisasi di lingkungan PTKIN berjalan seimbang antara inovasi dan moralitas. Dalam konteks ini, pemanfaatan teknologi seperti chatbot, sistem analitik pembelajaran, dan alat bantu penulisan akademik sangat dianjurkan, sementara penyalahgunaan AI untuk plagiarisme, manipulasi data, atau penyebaran informasi keliru harus dihindari.

Pemateri kedua, Ainur Ro’fiq, M.H.I, alumnus IAIN Nurul Jadid dan Universitas Ibrahimy Situbondo, yang kini menjabat sebagai Pembantu Ketua (PUKET) STAINH Bidang Kemahasiswaan dan Kemitraan sekaligus pengurus PCNU Kabupaten Situbondo, memaparkan pentingnya peran PTKIN dalam menanamkan etika digital dan moderasi beragama di tengah pesatnya perkembangan kecerdasan buatan. Dalam paparannya, ia menekankan bahwa teknologi seharusnya diposisikan sebagai alat bantu intelektual, bukan pengganti daya pikir manusia. “AI dapat menjadi sahabat intelektual bila digunakan dengan benar, namun juga dapat menjadi ancaman jika disalahgunakan. Karena itu, PTKIN perlu membekali mahasiswa dengan etika digital, kemampuan berpikir kritis, serta kesadaran moderasi agar mampu menghadapi tantangan era digital tanpa kehilangan nilai-nilai keislaman,” jelasnya. Ainur juga menegaskan bahwa moderasi beragama di dunia digital merupakan implementasi konkret dari Islam rahmatan lil ‘alamin, yang menjadi benteng dari radikalisme, intoleransi, dan penyalahgunaan teknologi di ruang publik.

Kegiatan ini dipandu oleh Evi Resti Dianita, M.Pd.I sebagai MC sekaligus moderator. Diskusi berlangsung hangat dan produktif, dengan peserta aktif bertanya serta berbagi pandangan mengenai praktik etika digital dan peluang riset kolaboratif berbasis AI di lingkungan perguruan tinggi Islam. Suasana ilmiah dan dialogis yang tercipta mencerminkan semangat kolaborasi lintas lembaga untuk menghadirkan inovasi teknologi yang berlandaskan nilai moral, spiritual, dan moderasi beragama.

Menutup kegiatan, Dr. H. Abdul Mu’is, S.Ag., M.Si Dekan FTIK menyampaikan harapan agar kegiatan Ngopi ini menjadi langkah awal dalam membangun budaya akademik yang beretika dan moderat di era digital. FTIK berkomitmen menindaklanjuti kegiatan tersebut melalui pembentukan Komunitas Etika Digital FTIK sebagai wadah berbagi praktik baik pemanfaatan AI, penyusunan Panduan Etika Penggunaan AI di lingkungan fakultas, serta penguatan kolaborasi riset dan pelatihan literasi digital dengan mitra eksternal, termasuk DPR RI dan Kementerian Agama RI. “FTIK akan terus mendukung literasi digital islami yang berkeadaban, dengan menjadikan AI sebagai sarana peningkatan mutu pembelajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat—bukan sebagai ancaman bagi integritas akademik,” tegasnya. Acara kemudian diakhiri dengan pembacaan doa dan sesi foto bersama seluruh peserta, menandai semangat sinergi antara DPR RI, Kementerian Agama, dan PTKIN dalam membangun peradaban digital yang berakhlak, moderat, dan berkeadaban.

Penulis: A. Barocky Zaimina
Editor: Evi R. Dianita

;